By : Benhan Gooners
Sebelum era Roman Abramovich di Chelsea, klub-klub di
Premier League hanya punya satu model finansial, yaitu model Arsenal.
Model ini adalah menjalankan
klub dengan tujuan tidak bangkrut, bisa exist untuk jangka panjang, dengan cara
mendapatkan profit atau setidaknya break-even setiap tahunnya dan terus
mengembangkan pendapatan. Prestasi di liga menjadi jaminan agar finansial klub
bisa terus berkembang bukan sebaliknya: menjalankan klub dengan tujuan dapat
trofi di liga tapi finansial klub merah dan klub terancam bangkrut. Model
finansial Arsenal mengharuskan klub hidup mandiri artinya pendapatan klub
digunakan untuk pengeluaran klub. Tidak ada sumber pengeluaran lain selain dari
pendapatan dan utang. Utang klub dikelola dengan baik, setiap tahun cicilan
utang harus bisa dibayar. Demikianlah model finansial Arsenal, MU dan klub-klub
bola lainnya yang tidak berbeda dengan sebuah perusahaan yang sehat.
Yang menjadi anomali adalah Chelsea dan Manchester City
karena kedua klub ini mengadopsi model finansial yang berbeda. Setiap tahun
kedua klub ini merugi, karena membeli pemain dengan harga mahal dan gaji tinggi
demi prestasi. Kerugian klub ditutup dengan uang pribadi pemiliknya. Kedua klub
ini dibiayai oleh milyuner yang tidak sayang uangnya dibuang setiap tahunnya,
demi trofi dan gengsi. Milyuner yang “dermawan” ini kita sebut Sugar
Daddy, sebutan slang untuk om-om yang memberikan permen gratis
ke anak muda dengan imbalan kepuasan seksual. Analogi Sugar Daddy ini cukup
akurat mengingat Roman Abramovich telah memberikan Chelsea “trofi gratis”, dan
imbalannya ia mendapatkan kenikmatan yang mungkin setara dengan kepuasan
seksual. Maka tak heran kalau Roman gemar masuk kamar ganti pemain Chelsea,
mengintervensi pekerjaan Manajer, dan ikut menentukan pemain mana yang harus
dibelinya.
Karena kenikmatan hasil dari prestasi klub disamakan sebagai kenikmatan personal juga. Chelsea adalah Roman, Roman adalah Chelsea. Hal yang sama sekarang terjadi di Manchester City walaupun lingkupnya tidak personal lagi tapi “brand” sekelompok Sheikh kaya raya dari Arab.
Karena kenikmatan hasil dari prestasi klub disamakan sebagai kenikmatan personal juga. Chelsea adalah Roman, Roman adalah Chelsea. Hal yang sama sekarang terjadi di Manchester City walaupun lingkupnya tidak personal lagi tapi “brand” sekelompok Sheikh kaya raya dari Arab.
Apakah model finansial Arsenal harus diubah menjadi model Sugar
Daddy yang diadopsi Chelsea dan Manchester City? Orang yang rasional dan hidup
di dunia yang waras akan bingung dengan usulan demikian. Mengapa harus menukar
keuangan yang sehat dengan keuangan yang terancam bangkrut + beberapa permen
gratis (baca: trofi)? Mengapa harus mencari Sugar Daddy dan menggantungkan
nasib klub kepadanya? Fans mungkin akan tergiur, kalau tidak dijelaskan secara
gamblang ancaman apa yang akan terjadi di masa depan dengan model finansial
Sugar Daddy seperti Chelsea dan City.
Bahaya Sugar Daddy Club
Sugar Daddy datang menawarkan harapan, menyelamatkan klub
dari kebangkrutan dan memberikan prestasi. Janji itu memang terbukti di
awal-awal musim. Roman membayar seluruh utang Chelsea, mengambil alih klub
dengan harga cukup murah (karena kondisi keuangan klub yang parah), membeli
pemain-pemain mahal dengan gaji tinggi, dan Chelsea menjadi juara. Dalam dua
tahun, sosok Roman menjelma menjadi Godfather, tokoh yang dipuja seluruh
anggota sindikat Chelski. Bagi sebagian orang ia malah dianggap Messiah,
penyelamat klub yang tidak hanya menjanjikan surga tapi juga membawa seluruh
pengikutnya ke surga.
Tentunya Roman juga punya rencana. Ia bukan
dermawan. Ia pengusaha yang tentunya ingin Chelsea memberikan pemasukan baginya
selain menarik uang pribadinya. Tidak ada Messiah yang mencetak uang asli di
dunia ini tanpa henti dan bisa terus-menerus membiayai klub yang merugi setiap
tahunnya. Idealnya dalam jangka panjang Roman ingin Chelsea semakin laku jual
secara komersil berkat prestasinya di Inggris dan Eropa, dan kemudian menjadi
klub yang menguntungkan. Tapi kenyataan tidak selalu sesuai rencana. Setelah 9
tahun memiliki Chelsea, keuangan Chelsea selalu merugi setiap tahunnya walaupun
gelar juara liga, FA Cup dan terakhir Champions League sudah di tangan.
Kerugian Chelsea per tahun (sumber: swissramble)
Grafik di atas menunjukkan kerugian Chelsea per
tahun. Tahun 2005 kerugian Chelsea mencapai hingga £140 juta karena di tahun
itu Mourinho membeli pemain-pemain mahal dalam jumlah banyak demi berkompetisi
dengan MU dan Arsenal. Tahun-tahun berikutnya kerugian lebih sedikit tetapi
tetap signifikan bila dibandingkan dengan klub-klub lainnya. Rata-rata
kerugian £70 juta (setara dengan Rp 1 triliun) setiap tahun tidak bisa
dianggap enteng oleh institusi apapun di dunia. Angka kerugian tersebut sangat
besar jika dibandingkan dengan klub-klub EPL lainnya. Namun kerugian Chelsea
per tahun pada tahun 2010 akhirnya menemukan rivalnya, Manchester City. Klub
Sugar Daddy baru ini mencetak rekor kerugian £121 juta pada tahun 2010
dan £197 juta pada tahun 2011. Total kerugian £318 juta dalam 2 tahun
memang akhirnya menghasilkan trofi liga Inggris di tahun 2012, namun pantaskah
harga yang dibayar itu?
Perbandingan Laba/(Rugi) Klub-klub EPL 2 tahun terakhir
(sumber: swissramble)
Dari grafik di atas bisa dilihat anomali Manchester City dan
Chelsea daripada klub-klub lainnya. Manchester United mengalami kerugian yang
cukup besar di tahun 2010 namun bisa bangkit di tahun 2011 berkat kontrak
sponsorship yang baru. Liverpool dan Tottenham juga mencatat kerugian di
laporan keuangannya walaupun tidak terlalu besar dan hanya Arsenal yang selalu
mencatatkan profit di laporan keuangannya.
Pertanyaan baru akan muncul: jika Chelsea gagal selama 9
tahun ini membalikkan kondisi keuangannya dari rugi menjadi untung walaupun
sudah mendapatkan beberapa gelar, akankah Manchester City juga mengalami hal
yang sama? Apakah kebijakan mengeluarkan uang banyak untuk membeli
pemain-pemain bagus yang mahal untuk memenangkan gelar (terbukti berhasil) akan
berhasil membuat klub menjadi sehat finansialnya dalam jangka panjang?
Karena tidak mungkin Sugar Daddy sekaya apapun mau dan mampu menanggung
kerugian klub selama 10, 15 atau 20 tahun berturut-turut. Berapa lama batas
kesabaran Sugar Daddy? Bila setiap tahun mereka menderita kerugian dan klub
tidak pernah bisa keluar dari zona merah finansial, kita bisa prediksi pada
akhirnya Sugar Daddy akan pergi atau berhenti memberikan permen gratis lagi.
Ini asumsi rasional dan sudah terjadi pada Malaga, yang Sugar Daddy-nya mulai
terlihat akan hengkang walaupun klubnya akhirnya berhasil masuk Liga Champions
musim ini. Pemain-pemain bagusnya dijual dengan harga obral. Salah satunya
Santi Cazorla yang dibeli Arsenal. Pemain yang di dua match awal sudah menunjukkan
potensi player of the year.
Pertanyaan terakhir mengenai model finansial Sugar Daddy:
apakah model ini bisa berhasil? Model ini berhasil menghantarkan gelar juara ke
beberapa klub yang konsisten mengeluarkan uang banyak. Namun apakah model ini bisa
menghantarkan klub ke jajaran klub elit dunia, yang pendapatannya jauh di atas
klub-klub lainnya. Yang pendapatannya mampu membeli pemain mahal, bayar hutang
dan tetap profit. Mampukah Manchester City menjadi Manchester United baru? Klub
terkaya dunia yang kekuatan komersialnya demikian besar hingga mampu membiayai
take-over Glazers dengan sendirinya. Dengan kata lain Glazers tak perlu
mengeluarkan uang sedikitpun dari kantong pribadinya untuk memiliki MU karena
keuntungan dari operasional MU cukup untuk membayar utang akuisisinya, paling
tidak sampai saat ini (akan dijelaskan di artikel terpisah).
Bila model ini tidak berhasil dalam jangka panjang, maka
klub-klub Sugar Daddy berada di ambang kehancuran. Sesaat setelah Sugar Daddy
memutuskan untuk meninggalkan klub, tahun itu juga Sugar Daddy Club terancam
masuk administarsi (baca: bangkrut). Karena tidak ada lagi yang mau
menanggung tingkat kerugian yang tidak wajar setiap tahunnya itu. Nasib
sebuah klub sepakbola digantungkan pada Sugar Daddy-nya. Seorang Messiah
yang juga seorang Pencabut Nyawa. Surga atau neraka sebuah klub tergantung
pada satu orang. Tragis ya?
We’re a Selling Club?
Kembali ke Arsenal. Bila model Sugar Daddy Club masa
depannya terlihat suram, lalu apakah masa depan model finansial self-reliance
seperti Arsenal ini cerah? Faktanya Arsenal terus menjual pemain terbaiknya
setiap tahun. Tahun lalu Nasri dan Fabregas, tahun ini RVP dan Song. Apakah
Arsenal ditakdirkan menjadi selling club, feeder club bagi Sugar Daddy Club?
Kehilangan pemain terbaiknya setiap tahun, bagaimana mungkin bisa bersaing
dengan klub-klub yang jor-joran membeli pemain? Kegelisahan-kegelisahan seperti
ini memenuhi kepala fans Arsenal dan menjadi bahan cibiran fans klub lain.
Faktanya Arsenal memang sulit bersaing secara finansial
dengan Sugar Daddy Club (Chelsea, Man City) dan Established Club (Man United)
atau Government Club (Barcelona dan Real Madrid). Established Club seperti MU ini
maksudnya klub yang sudah mapan secara komersial. Memiliki jaringan sponsorship
yang kuat di seluruh dunia dan jaringan fans yang mendunia. Government Club
seperti Barcelona dan Real Madrid adalah klub-klub yang sering ditolong
pemerintah setempat, dimudahkan untuk meminjam uang di bank-bank setempat. Maka
tidak heran Barcelona dan Real Madrid yang pendapatan dari broadcasting TV-nya
lebih besar dari 18 klub La Liga lainnya digabungkan tetap memiliki hutang ke
bank hampir setengah milyar euro. Government Club ini klub yang tidak mungkin
bangkrut, too big to fail kata orang keuangan. Kalau Real Madrid punya
Raja Spanyol yang akan selalu mem-bailout klub ini, Barcelona adalah
simbol kebanggaan seluruh rakyat Catalunya yang tidak mungkin dibiarkan
bangkrut rakyatnya.
Sugar Daddy Club, Established Club dan Government Club
adalah lawan-lawan Arsenal. Kalau ibarat pertandingan tinju, mereka kelas berat, kita
kelas menengah. Bagaimana mungkin seorang Pacquiao bisa mengalahkan Klitschko?
Di sepakbola tidak ada yang tidak mungkin. Montpellier, klub gurem itu baru
saja memenangkan liga Perancis musim lalu, mengalahkan Sugar Daddy Club PSG.
Dan striker no.1 nya saat ini bersama Arsenal, Oliver Giroud. Arsenal bisa
mengalahkan klub-klub kelas berat tersebut, hanya dengan The Arsenal Way.
Bagian dari The Arsenal Way adalah manifesto ini: We’re
not a selling club. We’re a trading club. We buy cheap and sell high.
Posisi Arsenal
Menjadi trading club adalah niscaya, untuk bisa
berkompetisi dengan tiga kelompok klub kelas berat tersebut. Untuk saat ini sumber
dana Arsenal tidak cukup untuk menaikkan Arsenal ke level yang sejajar dengan
klub kelas berat namun hal ini tidak akan berlangsung selamanya. Grafik berikut
menjelaskan mengapa.
Pendapatan Klub EPL
Arsenal di tahun 2005 adalah klub yang pendapatannya lebih
kecil daripada Liverpool dan Chelsea sebelum era Roman. Tahun 2011 Arsenal dan
MU pendapatannya naik hampir 100% sedangkan Chelsea yang didukung Sugar Daddy
hanya naik 51%, hampir sama dengan Liverpool. Manchester City dan Tottenham
juga naik drastis dari segi persentase pendapatan namun secara nominal masih
jauh dari level pendapatan MU, Arsenal, Chelsea.
Satu-satunya sumber peningkatan drastis
pendapatan Arsenal adalah pindahnya klub ke stadion Ashburton Grove dari
Highbury. Arsenal era Highbury berhasil mendapatkan beberapa gelar dan mampu
bersaing dengan MU, namun di Eropa tertinggal jauh. Dengan stadion berkapasitas
35.000 orang, pendapatan dari tiket sangat kecil dibandingkan dengan MU yang
stadionnya berkapasitas 75.000. Pindah ke Ashburton Grove menaikkan pendapatan
tiket Arsenal menjadi yang tertinggi di Inggris, mampu bersaing dengan MU.
Namun mengapa masih ada selisih £100 juta di pendapatan final? Dua grafik
berikut ini menjelaskannya.
Commercial
Revenue
Shirt
Sponsorship
Grafik pertama menunjukkan bahwa pendapatan komersial
Arsenal jauh tertinggal dari klub-klub besar Eropa. Pendapatan komersial
Arsenal hanya sekitar 40 juta lebih, sedangkan MU 100 juta lebih dan yang
terhebat Bayern Muenchen, Real Madrid dan Barcelona yang sekitar 150 juta
lebih. Jadi pendapatan komersial Arsenal hanya sekitar 40% MU dan 25% dari klub
dengan pendapatan komersial tertinggi. Pahit memang, tapi ini juga menjadi
alasan kita dapat berharap pada masa depan yang cerah. Pandangan half-full glass akan
berasumsi Arsenal masih punya potensi untuk meningkatkan pendapatan
komersialnya sebesar 100 juta. Dengan kondisi pendapatan seperti sekarang saja
Arsenal sudah bisa profit setiap tahunnya, bayangkan jika ditambah pendapatan
100 juta per tahun dari komersial. Angka yang fantastis dan menjadi PR
besar tim Ivan Gazidis untuk mencapainya.
Grafik kedua menunjukkan pendapatan khusus dari sponsorship
kaos tim. Lagi-lagi Arsenal tertinggal. Hanya sekitar 13 juta per tahun,
sedangkan MU 45 juta per tahun (sebelum deal dengan Chevrolet yang gila itu)
dan yang tertinggi Barcelona dengan 52 juta pertahun. Dengan sudut pandang half-full
glass kita bisa kembali optimis ada potensi menaikkan pendapatan dari
sponsorship kaos sebesar 30 juta per tahun.
Pertanyaannya mengapa Arsenal demikian jauh tertinggal dari
segi pendapatan komersial? Hal ini disebabkan karena stadion baru. Untuk
membangun stadion baru yang menelan biaya sekitar £500 juta, Arsenal butuh
sumber dana yang besar. Salah satunya lewat kontrak dengan Emirates
senilai £100 juta bayar di muka untuk hak penamaan stadion selama 15 tahun
(maka Ashburton Grove menjadi The Emirates) dan hak merk “Flying Emirates” di
kaos tim selama 10 tahun. Angka ini fantastis pada waktu itu, dan dengan
pembayaran kontan di muka sangat membantu pembangunan stadion. Namun angka itu
menjadi biasa saja jika dibandingkan dengan sponsorship kaos tim MU yang 45
juta per tahun sedangkan Arsenal hanya 100 juta per 10 tahun (termasuk stadion
naming right) yang juga telah dihabiskan untuk membangun stadion.
Kontrak sponsorship kaos tim ini akan selesai di tahun 2014.
Dan Arsenal sangat mungkin mendapatkan deal yang sebagus MU untuk kontrak ke
depan. Tambahan sekitar 30-40 juta per tahun dari sponsorship kaos tim sudah di
depan mata 2 tahun lagi. Namun untuk saat ini kita hanya bisa gigit jari dengan
sabar menunggu masa kontrak habis.
Pendapatan komersial Arsenal juga mulai digenjot tim
Marketing dengan mengadakan Tour Asia sejak 2 tahun lalu. Wenger yang biasanya
memilih pre-season di training camp yang sepi dan terisolir terpaksa
berkompromi demi pendapatan komersial yang dapat digunakan untuk memperkuat
tim. Nilai positif dari Tour Asia ini adalah ditandatanganinya sejumlah
sponsorship baru dengan produk regional. Mari kita tunggu laporan keuangan
tahun 2012 ini, seberapa besar peningkatannya.
Dari paparan di atas sudah jelas Arsenal untuk saat ini
tidak sejajar dengan Tiga Kelompok Klub Kelas Berat (Sugar Daddy Club,
Established Club, Government Club). Namun hal ini tidak berarti kita akan
selamanya begitu. Tahun 2014 akan memulai babak baru dari naik kelasnya
Arsenal. Mungkin dari kelas menengah ke kelas ringan dahulu, sebelum secara
perlahan naik ke kelas berat, dari segi pendapatan klub.
Maka jangan heran kalau Arsenal tidak akan sanggup membayar
Van Persie £250.000/minggu sebagaimana yang dibayar MU. Arsenal menawarkan
kontrak baru ke Van Persie senilai £150.000/minggu yang sudah merupakan
sebuah rekor untuk klub namun ditolak Van Persie yang ingin hidup nyaman kaya
raya untuk 4 tahun ke depan. Van Persie memilih membuang status legenda Arsenal
demi hidup nyaman di Manchester, musuh abadi Arsenal. Kita persilakan kalau ia
lebih memilih uang daripada cinta. Silakan bergabung dengan Shrek and
friends jika Van Persie menolak berasosiasi dengan pemain-pemain
ganteng dan cerdas seperti Arteta, Ramsey dan Wilshere dan terima kasih atas
cek senilai £24 juta hasil transfermu, pemain yang kami beli dengan harga
murah, hanya £2,5 juta saja.
Song meminta naik gaji padahal sisa kontraknya dengan
Arsenal masih 3 tahun. Song mengatakan ia cinta dengan Arsenal, dan ingin
tinggal di Arsenal tapi ngotot minta naik gaji. Arsenal mengatakan padanya
pembicaraan kontrak baru akan dilakukan setelah 1 September, karena sedang
konsentrasi transfer pemain baru. Agen Song diam-diam melakukan deal dengan
Barca dan meng-ultimatum Arsenal karena tahu setelah 1 September kesempatan
untuk pindah bagi Song bisa lenyap. Song ngambek, malas-malasan di latihan dan
selalu datang telat. Bahkan di pre-season di Cologne membangkang hingga Steve
Bould, asisten Manager Arsenal sampai harus berbenturan fisik dengannya. Demi
kenaikan £15.000/minggu Song akhirnya memilih membuang “cinta”-nya. Arsenal
mempersilakan ia pergi. Klub lain mungkin akan tunduk pada kemauan pemain dan
memberikan apa yang mereka minta, The Arsenal Way adalah klub tidak bisa
didikte oleh pemain, jika tidak cocok dengan apresiasi klub, pintu keluar
terbuka lebar-lebar.
The Arsenal Way
The Arsenal Way adalah bersikap cerdik di tengah kompetisi
yang ketat ini sambil menunggu peluang emas di 2014. Memanfaatkan kekuatan yang
lain daripada head-to-head spending competition dengan klub-klub kaya.
Untuk melawan klub-klub dengan sumber daya finansial yang jauh lebih besar,
Arsenal harus memanfaatkan scouting networknya. Arsenal akan selalu menemukan
pemain murah, baik yang muda maupun yang berpengalaman. Permata yang bagus
namun belum dipoles menjadi bintang. Laurent Koscielny salah satu contohnya.
Pemain yang bisa menjadi center back terbaik musim ini luput dari pengamatan
klub-klub besar. Oliver Giroud contoh lainnya. Top skorer ini dibeli murah
karena eksploitasi buy out clause di kontraknya, dan Wenger berhasil
meyakinkannya untuk tidak bergabung dengan Chelsea. Santi Cazorla, bagaimana
mungkin MU lupa dengan pemain ini sedangkan mereka sangat butuh pengganti
Scholes?
Apa saja kekuatan Arsenal yang berbeda dengan kompetitornya?
Mari kita bahas.
Musim lalu Arsenal hampir mendapatkan Juan Mata sebelum
Chelsea men-sabotase dengan tawaran lebih besar. Minggu lalu Nuri Sahin,
sebelum Liverpool berani bayar gila untuk sebuah transfer pinjaman tanpa hak
beli di akhir musim. Arsenal juga sudah mengikuti Eden Hazard sejak dulu. Samir
Nasri didatangkan dengan harga murah. Podolski dan Cazorla adalah hasil
pengamatan bertahun-tahun lampau. Untuk setiap Juan Mata dan Sahin yang lepas,
selalu ada Koscielny dan Cazorla yang didapatkan. Kekuatan Arsenal ada pada scouting
network-nya, pada jaringan mata-mata yang dibentuk Wenger sejak pertama
kali menginjak London.
Kekuatan Arsenal kedua ada pada akademinya. Jack Wilshere dan Kieran Gibbs
adalah produk akademi Arsenal. Arsenal juga berhasil menciduk bakat muda
Barcelona penerus Fabregas seperti Jon Toral dan Hector Bellerin. Nama-nama
seperti Zak Ansah, Chuba Akpom, Serge Gnarby akan mengisi Premier League 3-4
tahun lagi. Semalam mereka mengalahkan Marseille 3-0 di NextGenSeries, Champions League
untuk U-19. Arsenal di era Wenger selalu terkenal sebagai pencetak bintang baru
dan tidak ada alasan hal itu akan berhenti. Yang lebih menjanjikan adalah
bintang-bintang baru ini sekarang juga berkebangsaan Inggris. Paling tidak
mereka tidak memiliki DNA Barca, jadi kemungkinan pindah ke Barcelona di masa
depan lebih kecil. Untuk pindah ke MU, Chelsea atau City juga bisa diblokir
dengan kemampuan finansial kita yang baru di tahun 2014.
Kekuatan Arsenal ketiga ada pada Arsene Wenger. Tujuh tahun tanpa trofi, namun
orang-orang melupakan bahwa Arsenal pernah dibawa Wenger tak terkalahkan dalam
satu musim. Invincible Record ini tidak terpecahkan sampai sekarang dan mungkin
akan sangat sulit disamakan di masa depan. Wenger mempunyai kemampuan memoles
pemain biasa menjadi pemain bagus, pemain bagus menjadi pemain kelas
internasional, pemain kelas internasional menjadi pemain kelas dunia. Dan
pemain-pemain Arsenal ini walaupun tujuh tahun tanpa trofi pernah begitu dekat
dengan trofi. Hal ini yang dilupakan orang-orang. Final Liga Champions tahun
2006, memimpin puncak klasemen hingga bulan Maret di tahun 2008, dan
bulan Februari di tahun 2011 sebelum akhirnya terjun bebas akibat cedera pemain
di saat-saat penting. Arsenal pernah begitu dekat, namun gagal finish. Di
lapangan hijau musim lalu Arsenal mampu mengalahkan Manchester City dan
Chelsea, dua klub Sugar Daddy. Kekuatan finansial memang menentukan kekuatan
skuad, namun pertandingan di lapangan hijau tetap 11 lawan 11. Asalkan tidak
cedera bersamaan dan punya kekuatan pelapis yang cukup, Arsenal mampu
mengimbangi tim manapun di lapangan hijau.
The Arsenal Way adalah soal hidup di atas kaki sendiri.
Tidak bergantung pada Sugar Daddy, pada Pemerintah. We spend what we have.
Pengeluaran selalu harus lebih kecil daripada pendapatan. Bukankah itu yang
diajarkan orang tua kita dulu? Membesarkan anakmu sebagai seorang Gooner amat
mudah, cukup ajarkan The Arsenal Way. Coba bayangkan sulitnya orang tua fans
Chelsea membesarkan anaknya. Bagaimana ia bisa meyakinkan anaknya untuk hidup
berhemat dan tidak boros sembari mengajarkannya The Chelsea Way: tidak apa-apa
boros asalkan berprestasi.
Fans-fans klub Sugar Daddy tidak hidup dalam realita dunia. Mereka bangga ketika klubnya
membayar mahal untuk pemain. Uang sejumlah £35 juta untuk Eden Hazard.
Edan. Lebih gila lagi £25 juta untuk Oscar, pemain muda yang belum pernah
main di Eropa. Semakin tinggi harga pemain yang harus dibayar, semakin bangga
mereka. Sementara fans Arsenal yang pelan-pelan sudah terbiasa dengan The
Arsenal Way bagaikan orgasme mendengarkan nilai transfer Santi Cazorla yang
hanya sekitar £12-14 juta. Kita sudah terbiasa hidup hemat, dan bisa
berhemat dalam belanja pemain itu sebuah kenikmatan. Seperti ibu-ibu yang
berhasil menawar barang sesuai harga yang diinginkannya. Tapi itulah realita
dunia.
Jadi jangan salahkan Arsenal yang gemar berhemat. Itu
seperti Anda menyalahkan seorang pemuda dari keluarga sederhana yang belajar
giat di kampus demi masa depannya. Sementara ada seorang pemuda malas dari
keluarga kaya datang ke kampus tiap hari dengan Ferrari. Tentu ia menarik
gadis-gadis yang cantik. Ia menjadi pujaan wanita. Namun tidak ada yang salah
dengan pemuda sederhana itu. He lives by his own means. Dia hidup sesuai
apa yang ia punya, dan lewat bekerja keras, suatu saat ia akan lebih baik
daripada pemuda kaya (harta bapaknya) yang manja itu.
Perempuan yang cerdas akan memilih pemuda yang punya potensi
di masa depan. Pemuda yang bisa sukses dan kaya dengan upayanya sendiri. Ia
tidak akan memilih pemuda manja yang kaya dengan harta warisan bapaknya itu,
sesuatu yang tidak bisa ia hasilkan sendiri. Seluruh pendapatan Arsenal
dihasilkan sendiri, lewat upaya manajemen klub yang cerdik. Bukan uang hibah
dari Sugar Daddy. Berprestasi dengan upaya dan modal sendiri, apa lagi yang
mesti kita keluhkan?
Dengan memahami model finansial Arsenal di atas, yang
merupakan model finansial rasional satu-satunya dan akan menjadi model seluruh
klub sepakbola di Eropa setelah Fair Financial Play diterapkan UEFA, maka fans
Arsenal patut berbangga. Walaupun minim trofi selama 7 tahun terakhir ini,
Arsenal menjadi contoh bagaimana menjalankan klub secara benar dan bermasa
depan cerah. Trofi hanyalah penanda sebuah prestasi, namun prestasi tidak
melulu diwakili hanya oleh trofi. Selama 15 tahun berturut-turut Arsenal selalu
masuk kompetisi Liga Champions, rekor yang hanya bisa disamakan Real Madrid,
itu juga sebuah prestasi.
Dari dulu Arsenal adalah klub inovasi. Dari era Herbert
Chapman hingga Arsene Wenger Arsenal selalu terdepan. Kita tidak perlu
mengikuti jalan Sugar Daddy Club, tidak ada yang patut dibanggakan dengan trofi
hasil membuang uang tak terbatas. Cara yang tidak inovatif. Apapun
pencapaian klub tercinta kita musim ini, mari kita samakan suara dalam
mendukung Arsenal:
Victoria Concordia Crescit.
Victory comes from harmony.
Suatu saat nanti, kita yakin Arsenal akan mendapatkan apa
yang pantas didapatkan. We’re by far the greatest club the world has ever
seen.
“I really like Arsenal. But you, yes, you. Do you really
like Arsenal? Or just Arsenal with trophies?”
- Dennis Bergkamp
Dalam permainan poker dan domino 99 online membutuhkan banyak strategi untuk menang,
BalasHapusmemanfaatkan kartu bagus, ronde, waktu, taktik mengertak dan menipu lawan anda.
seperti dalam semua varian poker, setiap individu bersaing untuk sejumlah uang atau chip yang diberikan oleh para pemain,
dengan proses pembagian kartu secara acak. (PIN BBM: 7AC8D76B)
Salam untuk kalian para member setia S1288poker, bagi kalian yang ingin bergabung bersama kami di S1288poker kalian bisa langsung saja mendaftarkan diri kalian disini dan ajak teman kalian untuk bermaian di S1288poker,com dapat kan bonus juga bonus freechips setiap hari nya.
BalasHapusWA : 081910053031